Selasa, 05 November 2019




Kisah Inspirasi Penghafal Al Qur’an

Seorang wanita yang berprofesi sebagai mahasiswi di Kampus ESQ, kampus yang terletak di
menara 165
Beliau adalah pengajar kami di kelas Tahfidz Karyawan
Beliau penerima beasiswa di kampusnya karena hafidzahnya

Cerita pengalaman beliau menghafal Al Qur’an ,terinspirasi dari ibunya..ketika menuntaskan hafalan 30 juz ,beliau mempersembahkan kepada ibunya sebagai hadiah ketika ibu beliau milad  ..MasyaAllah…

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.”


Orangtua yang sangat beruntung bisa melahirkan 4 anak hafizh dan hafidzah begitu juga menantunya ada yang hafidz dan hafidzah
Kisah keluarga penghafal Al Quran yang bisa dijadikan inspirasi bagi keluarga kita

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)

Nasehat Imam Syafi'i kepada muridnya bernama Ar Robi' bin Sulaiman " Apabila engkau menginginkan hatimu,anakmu,saudaramu atau siapa saja yg engkau inginkan menjadi soleh maka titipkanlah itu semua bersama Al Qur'an dan bergaullah bersama Ahli Qur'an

Menghafal Al Quran itu Fardu Kifayah.Beruntunglah jika di sekitarmu ada penghafal Al Qur’an, sebab ia menjadi penggugur dosa orang lain di sekitarnya yang tidak menghafalkannya

Jadilah Penghafal Al Qur’an yang tidak pernah puas…ya,tidak puas jika hafalan belum genap 30 juz. Tidak puas jika hafalan belum mutqin. Tidak puas jika belum paham apa yang dihafal. Tidak puas jika belum berakhlak dengan Akhlak Al Qur’an


Semoga bisa menginspirasi kita semua....

Barakallah fik, semoga selalu Istiqomah dengan Al-qur'an dan mampu menjadi teladan bagi umahat dan muslimat

Rabu, 06 Mei 2015

ANUGERAH YANG PALING BERHARGA

Ada sebuah telaga indah, airnya sejuk, jernih dan tenang. Permukaannya berkilau, bukan hanya karena memantulkan sinar rembulan, namun batu – batu pualam yang ada di dasarnya juga memancarkan cahaya.

Kedamaian selalu meliputinya. Sayangnya, telaga itu tak mudah di jangkau. Ia terletak di tengah hutan lebat yang dipagari oleh semak berduri. Pepohonan tinggi dan binatang buas menghadang setiap langkah ke sana. Siapa pun yang mampu menemui dan mereguk keindahannya, raja rimba pun tunduk dan patuh padanya.

Telaga itu adalah Hati nurani kita, yang senantiasa menyerukan ketentraman batin.

Kesejukan regukan airnya memberi makna pada hidup kita.

Sedangkan rimba lebat penuh dengan binatang buas adalah wujud dari pikiran, emosi, hawa nafsu dan persepsi indrawi yang selalu menghalangi jalan kita.

Tanpa disadari ia pun dapat melukai diri kita. Namun, bila kita telah menemukan suara hati nurani itu, maka kekuatan dan kedamaian melingkupi kita.

Temukan telaga jernih milik kita. Itulah anugerah paling berharga yang harus kita pegang teguh dalam hidup ini.


Senin, 19 Januari 2015

Perjalanan Semeru-Sempu

Teman seperjalanan yang tepat adalah keberuntungan yang tak terbeli. Ia yang akan menguatkan saat lemah, meringankan saat berat, membimbing saat akan tersesat, tertawa bersama saat bahagia, dan saling melempar senyum saat sedih datang mendera.
Mereka adalah kawan seperjalanan. Tak saling mengenal sebelumnya, namun bertemu di kelokan, berjalan seiring, lantas berpisah dipersimpangan untuk melanjutkan rute pilihan masing-masing.
Meski terkadang baru mengenal mereka di tengah-tengah bahkan ujung perjalanan, kadang hubungan justru berkembang lebih karib dibanding kawan yang sehari-hari ditemui. Bersama mereka saya berbagi kisah dan mimpi serta saling menguatkan. Melihat banyak hal dari sudut pandang yang berbeda, memahami manusia, memahami alam, dan pulang dengan membawa pundi-pundi pelajaran yang berharga. Bersama-sama belajar tentang hidup dan mencari sesuatu yang bisa dibagikan.
Merekalah yang membuat perjalanan saya menjadi begitu menarik dan bermakna, serta tak mungkin terlupakan. Karena itu selalu saya bilang bahwa perjalanan tidak hanya membuat saya takjub dan kaya, namun juga terduduk takzim dan terpejam. Ada yang tercerahkan di dalam sana.

#‎Semeru-Pulau Sempu 25 des-31 Des 2014

Minggu, 21 Desember 2014

Hikmah Perjalanan





Suatu ketika, Imam Hasan Al Banna mengajak 50 orang bina'annya untuk Rihlah dengan maksud agar "Ukhuwah di antara kita semakin kuat".
"Aku sudah menyiapkan bus untuk Rihlah kita esok" ucap Hasan Al Banna.
Karena Imam Hasan Al Banna menyewa bus, maka para bina'annya menganggap bahwa ini akan menjadi perjalanan yang jauh, mungkin ke pantai dan sebagainya.
Hari yang dinanti telah tiba, bus yang dinanti telah tiba pula.
50 orang berlomba lomba masuk ke dalam bus, memperebutkan kursi yang hanya berkapasitas 35 orang.
Al hasil, ada sebagian dari mereka yang karena tidak dapat tempat duduk.
Dan, Imam Hasal Al Banna pun masuk ke dalam bus dan berkata "Ya, kita sudah sampai.. Kita sudah sampai di tempat tujuan kita. Dan aku masih melihat banyak di antara kalian yang belum mendapatkan makna Rihlah  kita kali ini. Di mana kalian lebih mementingkan diri kalian sendiri daripada saudaranya."
Sontak mereka terdiam dan tertegun.
Mereka menangis.. Dan langsung merangkul, memeluk saudaranya yang sedang berdiri karena kalah berebut kursi dengan mereka.

Rabu, 17 Desember 2014

I'm Coming Semeru




Allah telah menjadikan bumi terhampar luas untukmu,agar kamu bebas meniti jalan-jalan yang terbentang di bumi (QS:Nuh:19-20)

Nobody climbs mountains for scientific reasons.
Science is used to raise money for the expeditions, but you really climb for the hell of it
(Tak seorang pun mendaki gunung untuk alasan yang rasional. Rasionalitas dipakai untuk mengumpulkan dana ekspedisi tapi sebenarnya kamu mendaki cuman untuk senang-senang belaka)

Sahabat...Perjalanan ini dimulai dari sini...
Berjuang mengorbankan waktu,tenaga,uang demi tercapainya semua impian...
Sahabat...Nanti kamu akan menemukan hikmah dibalik perjalanan ini....

I'm Coming Semeru




Minggu, 14 Desember 2014

oh waktu begitu cepatnya...



Besok senin lagi. Betapa begitu terasa menjadi manusia di akhir zaman. Rutinitas membuat waktu dipepatkan sampai ambang batasnya. Dampaknya pun sangat terasa...
Indahnya dunia mengaburkan mata kita dari beribadah kepada-Nya, apa yang kita rasakan sekarang..? Waktu berlalu semakin cepat ada yang berkata itu hanya perasaan ataukah kenyataan.
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah pula, katanya : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Tidak akan datang kiamat sehingga waktu semakin berdekatan , setahun seperti sebulan, sebulan seperti sejum’at, sejum’at seperti sehari, sehari seperti sejam, dan sejam terasa hanya sekejap”
saya membuktikan dengan bertanya kepada sahabat-sahabat saya dan rekan-rekan kerja saya di kantor, apa yang kamu rasakan dengan waktu apakah semakin cepat atau biasa saja dan jawabannya cukup mengejutkan hampir 99% menjawab waktu semakin cepat.
Inikah tanda-tanda kiamat kecil, kemungkinan besar iya karena manusia lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. Seharusnya kita mempunyai tugas membagi antara dunia dan akhirat semoga kita termasuk orang-orang yang mengamalkan.

@Office
 14 Desember 2014

Perjalanan itu adalah Aku....



Mendaki gunung bukan hanya tentang menjawab tantangan, hobi, merehatkan diri dari hiruk-piruk hidup, atau sekadar menunjukkan kehebatan, apalagi pelarian.
Ia adalah perjalanan hati. Saat lelah telah menjadikan tubuh melemah, akankah hati tetap mampu memenangkan keyakinannya, keberaniannya, kasih sayangnya, kesabarannya, kesantunannya, kekuatan tekadnya, dan kebaikan-kebaikannya yang lain.

Ia adalah cermin. Yang kita dapat mengaca diri di setiap jengkalnya. Tentang bekal yang harus disiapkan, langkah yang dipertimbangkan, napas yang disyukuri, jiwa yang kuat, dan teman seperjalanan yang tepat.
Bersusah-susah menyiapkan bekal  tak ada artinya dibanding kesusahan yang akan ditanggung bila tak ada bekal.  Langkah yang dipertimbangkan bukanlah ketakutan, ia adalah strategi untuk mencapai kemenangan. Sengalan napas mengingatkan bahwa napas ini pun bukan milik diri. Ia bisa habis kapan pun pemiliknya—Allah—mau. Jiwa yang kuat membantu mewujudkan keyakinan, mencapai tujuan. Karena selalu banyak godaan dalam perjalanan. Di pendakian, pohon tumbang laksana sofa yang menawarkan kenyamanan bersandar. Tanah sedikit lapang seperti ruang tamu yang ingin memanjakan kaki-kaki kita menyelonjor sambil mata memejam, tidur. Mengaburkan tujuan yang telah ditentukan. Dan, godaan itu semakin kuat ketika di sana telah banyak manusia lain sedang istirahat.

Dan kita teman, semoga adalah kumpulan ruh yang mencintai kebaikan. Berjuang menyelesaikan perjalanan kita sendiri, dan sesekali bertemu di sebuah titik untuk saling berbagi tawa juga tangis, untuk saling menguatkan, lalu kembali berpisah dan berjanji berkumpul di surga.

“Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang saling berhadapan. Apabila mereka saling mengenal (sifatnya, kecenderungannya dan sama-sama sifatnya) maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.”  [HR Muslim]